Sunday 30 August 2015

Lebah, Rintik Hujan dan Matahari

Suatu hari ponselku berdering, berkali-kali, menyesakan hatiku dan telingaku. Dan kutolak ia, berkali-kali hingga bosan rasanya dan kebas jemariku, sembari berharap seseorang di ujung sambungan tidak menganggap penolakan ini serius dan personal. Lalu, setelah satu dua menit, setelah tiga empat kali sambungan yang sama, kesunyian yang panjang menyergapku. Dan aku tenggelam di dalamnya, tertelan mentah-mentah dalam kediaman dan kesendirian yang kuinginkan. Aku berbaring di atas lantai kamarku, yang berdebu dan digunungi oleh tumpukan baju, piring kotor dan buku-buku. Dari balik jendela dan bunga-bunga yang mengering karena kurang air, aku bisa melihat langit membiru dan awan-awan berarak lembut. Mendadak aku merasa diriku telanjang. Baju dan kulitku dan dagingku mengelupas, lalu tulangku menguap menjadi embun. Lantas yang tersisa hanya jiwaku, yang kecil dan mengeliat lemah layaknya serangga musim panas.

Aku ingin mengulang waktu. Aku iri pada lebah, rintik hujan dan matahari, yang pada setiap penciptaannya mengandung kebaikan.

Lalu aku menangis.

4 comments:

  1. So curious Ruriana! You got me soooo curious. *sighs

    ReplyDelete
  2. "yang pada setiap penciptaannya mengandung kebaikan"

    You know I always love your words. Keep it uppppp

    ReplyDelete